Minggu, 17 Oktober 2010
Jumat, 15 Oktober 2010
Sosiolinguistik
PENGANTAR
Manusia senantiasa menggunakan bahasa sama, ada yang menggunakan bahasa lisan,tulisan atau cetak,dan manusia senantiasa berhubungan dengan orang lain melalui norma-norma tingkah laku yang sama. Secara ringkas,sosiologi bahasa memberi tumpuan kepada semua topik yang berkaitan dengan organisasi sosial untuk tingkah laku bahasa,bukan saja meliputi penggunaan bahasa tetapi juga sikap bahasa dan tingkah laku yang nyata terhadap bahasa dan terhadap pengguna-pengguna bahasa.
1.1 MASALAH POKOK TAJUK SOSIOLINGUISTIK
Tumpuan sosiologi bahasa yang kedua ialah tingkah laku nyata terhadap bahasa dan terhadap pengguna-pengguna bahasa merupakan hal penting yang dirasakan bersama oleh para pemimpin ahli politik dan ahli pendidik di banyak tempat di dunia. Banyak pelajar Universitas Kanada keturunan Perancis menentang pendidikan umum dalam bahasa Inggris terus menerus di wilayah Quebec. Kaum Fleming di Belgia juga ramai menentang dengan keras ketidaksamaan terhadap orang-orang Belanda di kawasan Brussel. Beberapa nasionalis Wales menutupi jalan-jalan raya dan ramai penulis bahasa Irish menuntut sokongan kerajaan yang lebih kuat untuk menegakkan keutuhan bahasa mereka selama setengah abad kemerdekaannya. Orang-orang Yahudi seluruh dunia menentang tindakan kerajaan Soviet yang menganiaya penulis-penulis Yahudi dan memaksa penutupan sekolah-sekolah, teater-teater dan penerbitan bahasa Yahudi.
Bahasa Swahili,Pilipina,Indonesia,Melayu dan berjenis-jenis bahasa daerah di India sedang dikembangkan secara sadar dari segi kosakata, ejaan, dan tatabahasa baku sepaya bahasa itu dapat berfungsi dengan baik sebagai bahasa eksklusif kerajaan dan bahasa budaya dan teknologi tinggi. Kejayaan dan kemodernan bahasa Hebrew telah menggalakkan masyarakat lain yang lebih kecil seperti masyarakat Catalan,Provencal,Frisan dan Breton berusaha menyelamatkan bahasa ibunya(atau bahasa tradisional) agar tidak lenyap sama sekali. Sistem-sistem tulisan yang baru dan yang disusun semula telah diterima(walaupun kadangkala tidak diterima) di banyak tempat di dunia oleh masyarakat hingga kini tidak begitu berminat terhadap literasi dalam bahasa ibunya.Bahasa Latin sebagai bahasa agama,kebudayaan dan kerajaan dalam kerajaan-kerajaan Kristen di barat serta penyuburan pembangunan bahasa-bahasa daerah dari masa ke masa yang dulu dianggap rendah pertama di Eropah Barat,dan seterusnya di Eropah Tengah,Selatan dan Timur, akhirnya di Afrika dan Asia juga.Bahasa itu pada asalnya yang dianggap(seperti pada masa dahulu) sesuai untuk pertuturan biasa dan untuk orang-orang biasa,bahasa daerah itu sekarang diperhatikan,digunakan dan ditingkatkan sebagai bahasa-bahasa bebas,dan sesuai untuk pembangunan negara dan untuk tujuan kerakyatan yang diakui oleh negara. Semua contoh ini dimasukkan ke dalam sosiologi bahasa yang modern dan memberikannya sebagai latar belakang sejarah yang lebih meluas dan mendalam di samping isu-isu bahasa masa kini di seluruh dunia.
1.2 CABANG-CABANG SOSIOLOGI BAHASA
Cabang sosiologi bahasa ini ialah sosiologi bahasa deskripsi, yang berusaha menjawab pertanyaan "siapa penutur (penulis), bahasa apa (ragam bahasa apa), kepada siapa dan kapan , untuk apa". Satu lagi bagian sosiologi bahasa yaitu sosiologi bahasa dinamik mencoba menerangkan mengapa dan bagaimana organisasi sosial tentang penggunaan bahasa dan tingkah laku terhadap bahasa menjadi berlainan dalam rangkaian sosial atau masyarakat yang sama dalam dua keadaan yang berbeda-beda. Sosiologi bahasa dinamik juga mencoba menerangkan mengapa dan bagaimana perhubungan masyarakat yang sama pada suatu ketika boleh berubah menjadi organisasi penggunaan bahasa dan tingkah laku terhadap bahasa yang agak berlainan.
1.3 BAHASA ADALAH ISI
MEDIA ADALAH PESAN(PADA BAGIAN PALING SEDIKIT)
Bahasa itu sendiri adalah isi,satu rujukan untuk kesetiaan dan kesederhanaan, satu petunjuk status sosial dan hubungan hubungan perseorangan, satu penanda untuk situasi dan topik serta hal masyarakat dan arena interaksi yang mempunyai skala nilai besar yang menentukan ciri setiap masyarakat tutur. Setiap masyarakat tutur yang agak kompleks menunjukkan beberapa ragam bahasa. Fungsi semua bahasa itu berbeda-beda antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Dalam beberapa hal,ragam jenis bahasa yang berlainan mungkin mewakili pekerjaan atau pengkhususan minat yang berlainan(percakapan pasar,percakapan cara Hippi dan lain-lain). Bahasa Inggris Brooklynese dan Cockney di New York dan London, masing-masing tidak menunjukkan ciri-ciri orang luar ataupun penduduk satu kawasan tertentu dalam masa,pendidikan dan kesukuan. Namun demikian,ragam bahasa ini menunjukkan status kelas rendah dari segi pendapatan,pendidikan ataupun bangsa. Campuran antara bahasa Inggris Brooklyne dan bahasa Inggris New York standard yang lebih kedaerahan apabila bertutur sesama mereka,bergantung kepada perasaan mereka terhadap satu sama lain,topik yang dibicarakan,tempat mereka berada ketika mereka berhubungan, dan beberapa faktor lain yang dapat menggambarkan ragam bahasa.
Sebuah masyarakat tutur yang mempunyai beberapa ragam bahasa dapat dikatakan mempunyai repertoar lisan(repertoire verbal).Repertoar-repertoar ini mungkin tidak saja mengandung ragam bahasa pengkhususan dan ragam bahasa kelas sosial yang berlainan, tetapi juga mungkin memperlihatkan ragam bahasa kedaerahan yang berlainan(bahasa Inggris Boston,bahasa Inggris Selatan,bahasa Inggris Amerika adalah variasi-variasi kedaerahan). Keadaan ini berlaku jika masyarakat tutur itu cukup besar sehingga kumpulan-kumpulan kecil yang wujud di dalamnya semata-mata berdasarkan kedudukan geografi. Lagipun, masyarakat tutur yang menggunakan berbagai bahasa untuk tujuan komunikasi dalam kelompok, mungkin menggunakan semua jenis atau ragam bahasa di atas dalam setiap kode yang dikenal pasti oleh masyarakat itu sebagai bahasa-bahasa "menonjol" (contohnya di dalam bahasa Yiddish dan Hebrew, di kalangan kebanyakan orang Yahudi Eropah Timur pra-Perang dunia II, di dalam bahasa Inggris dan Hindi di kalangan individu kelas atasan di India).
Sosiologi bahasa deskriptif menentukan sejauh mana seluruh repertoar lisan sebuah masyarakat bertutur diperlukan dalam berbagai rangkaian interaksi dalam masyarakat itu, karena seluruh Šrepertoar lisan sebuah masyarakat tutur yang dikuasai oleh kelompok-kelompok kecil di dalam masyarakat itu. Sebaliknya, sosiologi bahasa dinamik menentukan bagaimana perubahan-perubahan dalam hidup dan interaksi penutur dalam mengubah lingkungan kerumitan repertoar lisan mereka.
Ragam bahasa mempunyai nilai simbolik dan dengan sendirinya, adalah hasil yang tidak dapat dihindarkan akibat kelainan bahasa itu. Ragam bahasa tertentu memperlihatkan kecenderungan tertentu, ragam belakang tertentu atau asal-usul tertentu,maka ragam bahasa mewakili pertalian dan aspirasi,batas-batas dan peluang yang sebaliknya berkaitan dengan latarbelakang dan asal-usul. Kemajuan dan kemunduran ragam bahasa dalam nilai simboliknya sejajar dengan maju dan mundurnya status sebagian besar ciri dan fungsi ragam bahasa itu. Ragam bahasa berfungsi mewakili keakraban dan kesamarataan jika ragam bahasa itu sering dipelajari dan digunakan dalam interaksi yang menekankan hubungan di antara orang - orang yang terlibat dalam percakapan. Ragam bahasa lain akan mewakili status terpelajar atau identifikasi nasional hasil pencapaian yang berhubungan dengan penggunaan dan penggunanya serta hasil kesadaran dalam situasi dan hubungan berkaitan dengan pembelajaran formal atau ideologi tertentu. Walau bagaimanapun, fungsi-fungsi ini boleh berubah(dan diubah secara sadar), seperti perubahan ciri-ciri linguistik ragam bahasa mereka dan seperti demografi pengguna-pengguna ragam bahasa di dalam suatu masyarakat tutur.
Peningkatan kebanyakan bahasa vernakular Eropah modern secara berperingkat-peringkat kepada keadaan sekarang sebagai bahasa - bahasa kebudayaan dan teknologi hanya merupakan satu contoh bagaimana fungsi operatif dan fungsi simbolik bahasa-bahasa berubah dengan perubahan bahasa tersebut. Begitu juga bahasa Pidgin Melanesia ini yang telah berubah sebagai bahasa pengantar perhubungan, bahasa pengantar dalam perdagangan, yang diperlukan dalam ladang-ladang. Bahasa Pidgin Melanesia ini mempunyai ciri bahasa perintah yang telah digunakan oleh kasta yang memerintah untuk bercakap-cakap dengan cara merendahkan orang-orang bawahan mereka dan meletakkan orang-orang bawahan mereka di tempat tertentu. Banyak peraturan pergaulan di ladang yang melambangkan penghormatan pekerja-pekerja terhadap tuan mereka. Peraturan-peraturan ini diucapkan dalam bentuk yang dijangkau dan memperhambakan diri kepada tuan untuk memberikan lebih perlindungan kepada sistem ini,dan tanda-tanda tingkah laku kurang ajar dari para pekerja akan dihukum keras dan dianggap oleh petani sebagai bahaya kepada sistem itu (Lind 1969,halaman 36).
Sekarang hampir setengah abad sejak Pidgin Melanesia mulai berkembang bahasa ini telah dinamai Neo Melanesia dan ditambah dengan bahasa New Guenea untuk menjadi bahasa nasional atau kebangsaan negara mereka,untuk digunakan dalam kerajaan (pemerintahan), pendidikan, media masa, agama dan kebudayaan tinggi (Wurm,1961/02).
Sosiologi bahasa adalah mempelajari karakteristik variasi bahasa,fungsi karakteristik,dan karakteristik pembicaranya karena ketiganya terus-menerus berinteraksi,saling mengubah satu sama lainnya di dalam maupun di antara masyarakat tutur tersebut.
BEBERAPA ALASAN MENGAPA SOSIOLOGI BAHASA MULAI BERKEMBANG
AKHIR-AKHIR INI
Kajian sosiologi bahasa bukanlah hal baru sebagai disiplin tersendiri,tetapi sudah dilakukan dalam abad kesembilan belasdan pada dan pada awal kedua puluh yang telah dinyatakan oleh Hertzler 1965. Hanya akhir-akhir ini saja usaha ini dilakukan lebih giat untuk melatih bidang ini secara khusus (Ferguson1965, Fishman 1967 b).
2.1 TINGKAH LAKU YANG TIDAK BERVARIASI
Fonem p dalam perkataan “pin” selalu diaspirasikan olehPenutur-penutur asli bahasa Inggris. Fonem p dalam kata “spin” adalah selalu tidak diaskpirasikan. Jika itu ada untuk beberapa tingkatan (derajat), itu bukan linguistik (Joos,1950). Implikasi pandangan ini jelas:linguistik tidak tertarik dalam “kadang-kadang benda “. Fenomena yang digambarkan adalah kejadian-kejadian yang dapat ditentukan secara mutlak atau yang tidak mungkin terjadi. Apabila keadaan tertentu yang kurang jelas dicatat contohnya dalam penggunaan, ini didifinisikan sebagai eksolinguistik, sebagai variasi-variasi bebas yang di luar bidang linguistik yang tepat.
Orientasipokok perbedaan diantara kedua disiplin ini, linguistik dengan pola masyarakat dalam penggunaan bahasa. Selain itu sosiologi juga tidak berorientasi pada stratifikasi untuk perbedaan ujaran (atau tulisan) daripada strata.
2.2 VARIABEL TINGKAH LAKU YANG CUKUP
Ilmu linguistik semakin memasuki “kadang-kadang benda” dalam tingkah laku manusia. Beberapa penutur menyebut “ain t “pada waktu tertentu tidak menggunakannya kepada orang lain dan beberapa pemungut kapas yang mempunyai kosakata unik, fonologi, dan tatabahasa ikut menggunakan ragam bahasa lain dengan kawan yang bukan pemungut kapas. Ini adalah jenis perubahan tingkah laku karena pola masyarakat yang telah dikenal dan dipahami oleh ahli ilmu sosial, malah jenis perubahan yang sempurna untuk membantu ahli-ahli linguistik mempelajari ragam bahasa.
2.3 VARIABEL TINGKAH LAKU YANG TINGGI
Perubahan tingkah laku yang lebih kompleks disebabkan pola masyarakat yang menarik perhatian ahli ilmu sosial. Tingkah laku ini kompleks perlu digunakan dan digabungkan dengan menggunakan pengukuran supaya terkesan dapat dinilai. Bagaimanapun ahli linguistik mengumpulkan data dan menganalisanya untuk menerangkan beberapa tingkah laku bahasa yang dapat diambil alih. Pada tingkatan ini,korpus untuk bahasa dengan sendirinya tidak mencukupi untuk menerangkan sebagian perubahan tingkah laku bahasa yang ditemui. Begitu juga dengan faktor demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan ) atau kontekstual (peranan formal dan tak formal dalam perhubungan )atau beberapa faktor situasi, tidak mencukupi tujuan ini.
Sosiologi baahasa menghasilkan satu kesadaran baru dalam linguistik dan ilmu sosial, masing-masing memerlukan kerja sama yang menarik dalam produktif dan provokatif. Sikap kerjasama ini membawakan hasil yang penting dalam beberapa tahun secara aktif (Grimshaw 1939, Hymes 1967 a).
2.4 PERUBAHAN TINGKAH LAKU DAN PREDIKSI
Semakin banyak perubahan tingkah laku lebih banyak faktor perlu dicari untuk menjelaskannya lebih mendalam. Perbedaan metodologi yang ada diantara linguistik dengan sosiologi yang utama adalah dalam tahap beberapa parameter yang dipilih dengan teliti boleh menjelaskan denganmendalam tingkah laku dalam displin masing-masing diberi landasan. Berhubung tingkah laku bahasa yang dibentuk oleh masyarakat nyata sekali perubahannya dijelaskan dengan tepat oleh beberapa faktor kedudukan dalam kode yang dipilih dengan teliti. Ahli ilmu sosial harus mengakui tingkah laku ini, karena membawa mereka kepada pengakuan linguistik ke arah kesadaran yang jelas bahwa seluruh dunia yang mempunyai perubahan tingkah laku bahasa yang dibentuk oleh masyarakat perlu dikaji.
BAGIAN III
KONSEP DASAR SOSIOLINGUISTIK
Sosiologi bahasa berkaitan dengan kerangka topik yang mengkaji pilihan bahasa yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi, baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, berkaitan dengan penggunaan bahasa, sikap bahasa, norma bahasa, serta perubahan-perubahan yang berhubungan dengan masalah kebahasaan.
3.1 RAGAM DIALEK BAHASA
Istilah ragam, tak terlepas dari sosiologi bahasa, kapan dan oleh siapa keragaman tertentu dianggap sebagai bahasa atau selain bahasa. Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada geografis tertentu disebut dialek (Ferguson and Gumperz 1960; Halliday 1964 b).
Selain faktor geografis dialek mungkin ditandai oleh faktor lain yang non geografis . Apaabila imigran dari suatu daerah (A) dengan status sosial rendah, datang ke wilayah (B) yang status sosialnya berbeda maka ragam ujaran mereka bertahan . Di benak penduduk daerah (B) dialek (A) akan bertahan pada status sosial yang lebih rendah dari dialek (B), baik secara pendidikan maupun pekerjaan. Ragam bahasa yang ditandai oelh perbedaan status sosial disebut sosiolek (Blance 1964).
Apabila ragam (A) tidak dimasuki jaringan ragam (B),keduanyabertahan pada ragam mereka sendiri, maka ragam bahasa mereka bukan sosiolek. Meskipun berkaitan dengan status sosial tetapi kelompok tersebut tetap mempertahankan tradisi turun temurun. Contoh: Mereka bertunangan dan menikah di kalangan mereka sendiri dengan tetap menjunjung tinggi adat mereka sendiri baik kepercayan maupun tradisi, maka ragam mereka tidak dianggap sebagai ragam sosial, melainkan sebagai ragam keagamaan atau etnis (Kloss 1964 : Fishman 1968).
Di masyarakat pembicara kelompok (A) sebagian ada yang mempelajari bahasa kelompok (B) dan sebaliknya, untuk tujuan pekerjaan atau yang lain. Ragam bahasa yang digunakan untuk fungsi tertentu dan bersifat saling melengkapi disebut fungsiolek. (Weinceichm,1953).
Bahasaa merupakan superordinat , sedang dialek merupakan subordinat. Leksikon bahasa dapat bertambah dan berkembang sesuai dengan perkembangan keadaan serta perkembangan penuturnya (Kloos,1952 dan 1957, Fishman 1968 c). Variasi yang terdapat pada semua bahasa dapat berubah,leksikonnya menjadi semakin berkurang atau bertambah karena pengaruh asing. Antara masyarakat penutur, variasi bahasa mereka, serta norma kebahasaan yang diberikan merupakan satu sistem. Ketiganya terkait erat dan saling bergantung. Sistem tersebutlah yang dikaji oleh sosiologi bahasa.
3.2 JENIS SIKAP DAN TINGKAH LAKU UTAMA TERHADAP BAHASA
Salah satu societal behavior yang paling dikenal adalah standarisasi, kodifikasi dan penerimaan dalam masyarakat pemakai bahasa . Bahasa standar adalah bahasa yanag digunakan oelh sekelompok masyarakat pemakai bahasa dengan memperhatikan seperangkat norma formal dan mendefinisikan penggunaan bahasa yang benar (Stewart 1968). Benar yang dimaksud di sini adalah sesuai dengan kaidah yang berlaku, yaitu pembakuan yang sudah disepakati.
Kodifikasi sebagai suatu tujuan diformulasikan dan disosialisasikan melalui tatabahasa , kamus pedoman penulilsan. Sosialisasi pembakuan bahasa dipercepat melalui otoritas sistem pendidikan, media massa, lembaga keagamaan, dan lembaga kebudayaan. Variasi standar berhubungan dengan lembaga terseut,karena mereka seringg berinteraksi dengan menggunakan variasi ini untuk tujuan tertentu(Haugen 1966).
Lebih banyak dan lebih penting native speaker suatu variasi maka lebih besar vitalitynya, dan lebih besar potensinya untuk standarisasi,otonomi, dan historis. Sebaiknya lebih sedikit penutur asli,standarisasi bahasa akan terkontaminasi.
Lambang | Jenis Variasi | Symbol | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
+ | + | + | + | Standar | S |
- | + | + | + | Vernakular | V |
- | - | + | + | Dialect | D |
- | - | - | + | Creole | C |
- | - | - | - | Pidgin | P |
+ | + | + | - | Classical | C |
+ | + | - | - | Artificial | A |
Keterangan:
1.standarisasi
2.autonomy
3.historicity/sejarah
4.vitality/kekuatan
Anggota masyarakat tutur tertentu diindikasikan berkomunikasi dengan mitra bicaranya dengan menggunakan variasi kelas sosial tertentu , masih dalam proses komunikasi mereka beralih kode dengan menggunakan variasi lain. Dalam masyarakat tutur yang lain, terjadi peristiwa yang hampir sama, komunikasi dimulai dengan dialek/variasi daerah,selanjutnya berpindah ke variasi standar. Sifat dan perubahan akan dipengaruhi oleh repertoar penutur. Perubahan tersebut terkait erat dengan metode sosiolinguistik.
3.3 MASYARAKAT TUTUR
Masyarakat tutur adalah sekelompok masyarakat yang memiliki verbal repertoire terbatas tetapi sama, berkenaan dengan variasi yang berbeda. Perbedaan variasi bahasa mungkin disebabkan oleh jenis kelamin,usia, atau kedudukan. Masyarakat seperti ini lebih banyak mengadakan kontak dengan dunia luar untuk kepentingan perdagangan, perkawinan atau lainnya.
Salah satu karakteristik masyarakat tutur yang luas dan beraneka ragam adalah variasi dalam verbal repertoarnya, terutama diperoleh dan diperkuat dengan integrasi simbolik dalam jaringan referensi yang mungkin jarang atau tidak pernah ada. Bangsa atau daerah mungkin mengangkat suatu masyarakat tutur, standar bahasa Nasional atau bahasa Regional dengan variasi linguistik yang sesuai.
Kota-kota di Amerika menyajikan bukti yang luas dari kedua dasar ini, interaksi verbal dan interaksi simbolik untuk penggunaan masyarakat tutur. Kita bisa menjelaskan fakta yang tidak tidak hanya sebagian besar mereka menggunakan secara berbeda tanda-tanda dialek lokal mereka (dan tidak hanya selama petang, akhir pekan, dan liburan juga ketika mereka di rumah). Fakta lain menunjukkan bahwa banyak dari mereka bisa dan juga memakai suatu variasi netral kedaerahan lebih banyak, yang perkiraan mereka “standard American”,karena berbeda dari bahasa Inggris kota New York di satu sisi, dan bahasa Inggris desa Connerticut yang lebih rendah di sisi lain. Standard Amerika orang-orang yang tiap hari pulang pergi kerja yang terpisah yang dikenal sebagai “orang Amerika”. Tidak dapat disimpulkan bahwa masyarakat tutur “standard Amerika” mewakili suatu kelompok referensi desa Connerticut. Jadi, beberapa masyarakat tutur dan repertoar linguistik mereka diperthankan oleh kesenjangan komunikasi yang memisahkannya dari masyarakat lain.
Sifat defisional dasar masyarakat tutur adalah mereka tidak diidentikkan dengan masyarakat yang berbicara bahasa yang sama (non Withstanding Bloomfiels 1933), tetapi lebih sebagai masyarakat yang dengan kepadatan komunikasi atau/dan dengan integrasi simbolik berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi tanpa memperhatikan jumlah bahasa atau variasi-variasi yang dipakai (Gumperz 1964 a). Kompleksitas masyarakat tutur diartikan beubah-ubah dengan tingkat variasi tertentu.
Pada umumnya verbal repertoar masyarakat tutur adalah suatu refleksi repertoar peran. Masyarakat tutur dengan suatu repertoar peran yang lebih besar menyatakan suatu verbal repertoar yang lebih besar juga (Gumperz 1962). Masyarakat yang kebanyakan anggotanya dibatasi dalam pengalaman harian dan aspirasi kehidupannya, akan cenderung menunjukkan linguistik range yang kecil, berkenaan dengan variasi yang sangat berbeda masyarakat tutur modern yang relatif terbuka cenderung menampakkan beberapa variasi bahasa yang sama. Masyarakat tutur yang lebih tradisional secara khusus menampakkan variasi beberapa bahasa. Dua jenis masyarakat tutur sangat mungkin berbeda dalam tingkat anggota.
Dalam masyarakat modern ketidakstabilan tampak pada perubahan dari satu peran ke lain peran, dari variasi yang satu ke variasi yang lain, dengan karakteristik individual. Gejala tersebut adakalanya terlihat dalam komunikasi antara bapak dan anak, guru dan teman sejawat , pada saat mereka berkomunikasi dengan secara tiba-tiba mereka berganti peran.
INTERAKSI DALAM SOSIOLOGI BAHASA MIKRO DAN MAKRO
Percakapan dengan menggunakan dwibahasa,dari bahasa Inggris ke bahasa Spanyol. Perpindahan secara konvensional dari bahasa Spanyol pada setiap penutur, disebabkan adanya perubahan sosiolinguistik dan pertukaran lkode serta kepandaian penutur dalam menggunakan dwibahasa, merupakan suatu contoh fenomena pola variasi sosial dalam interaksi verbal.
Bagaimana menggambarkan fenomena variasi sosial dalam hubungan sehari-hari dan manusia telah pula pengenal perintah maupun aturan dalam ilnteraksi verbal di sekelilingnya.
4.1 BAGAIMANA MENDISKRIPSIKAN PERCAKAPAN BERDASARKAN KONTEKS?
Unit sosiolinguistik yang paling kecil yang menarik perhatian kita adalah suatu perbuatan bertutur, suatu lelucon, suatu seruan, sebuah teguran terbuka (Schelgloff,1968), sebuah pertanyaan dalam umum, bagian pembicaraan yang juga dapat dikenal masyarakat dan terjadi berulang-ulang. Pertuturan biasanya adalah kejadian berututur, seperti percakapan, pengenalan, perkuliahan, doa, pembahasan dan lain-lain(Hymes,1968) yang sudah dikenal masyarakat dan terjadi berulang-ulang.
Pertuturan variasi a ke variasi b, mungkin bahasa Spanyol ke bahasa Inggris, atau bahasa Inggris formal ke bahasa Inggris tak formal atau bahasa Spanyol Jibaro tak formal, persoalan yang muncul adalah sama ada satu variasi yang cenderung digunakan ( atau selalu digunakan) dalam hal tertentu manakala variasi lain pula cenderung (lebih selalu digunakan) dalam tuturan lain. Contohnya pertuturan muda mudi Puerto Rico di New York dengan memakai dwibahasa.
4.2 ANALISIS MIKRO DALAM SOSIOLOGI BAHASA
Pada tahap mikro ini berawal dari penentuan dan penggunaan serta kejadian bertutur yang tergantung pula pada tujuan penelitian. Bila kajian ilmu berorientasi pada linguistik maka cukup dengan analisis tahap mikro.
Pada tahap mikro sosiologi bahasa kadang-kadang disebut Etnometodologi yang merupakan tingkatan dalam penyelidikan sosiolinguistik (Garfinkel 1967).
Pada dasarnya perubahan tuturan dalam percakapan adalah berfungsi metaforik yaitu menunjukkan satu perbedaan pada penekanan (yang bersifat kelucuan penutur dapat menukarkan bahasa sesuai dengan perhubungan peranan mereka).
4.3 PERAN DAN HUBUNGAN
Pada saat tertentu dua orang penutur dalam suatu masyarakat bahasa harus mengenal peranannya dalam bertutur. Peran hubungan merupakan perwujudan norma dan tingkah laku dalam masyarakat penutur bahasa. Contoh peran hubungan dalam variasi komunitas tutur antara lain bapak-anak, suami-istri, bangsawan-orang kebanyakan (Good Enough 1965).
Perubahan percakapan dan variasi bertutur mungkin diperlukan mungkin tidak. Peran hubungan yang berlainan fungsinya perlu digunakan secara emik dan etik. Bagaimanapun sifat peran hubungan sangat diperlukan untuk menganalisis sosiolinguistik. Tingkah laku bertutur di kalangan peran hubungan sangat bervariasi hal ini disebabkan interaksi personal yang mempunyai fungsi berbeda dalam masyarakat.
4.5 SITUASI LAYAK DAN TIDAK LAYAK
Norma-norma penggunaan bahasa berhubungan dengan situasi. Norma-norma ini mungkin akan jelas dan dialami bersama dalam situasi yang layak. Misalnya sepasang kekasih walaupun bertemu pada waktu dan tempat yang tepat mereka tidak akan berbuat layaknya sepasang kekasih. Semua peristiwa yang tidak layak (tingkah laku yang tidak tepat, waktu yang tidak tepat, dan tempat yang sesuai) adalah hasil interaksi.
Suatu keluarga berasal dari Puerto Rico New York yang bertutur dengan menggunakan bahasa Spanyol dan bahasa Inggris atau dwibahasa bagi mereka dua situasi yang berbeda akan menggunakan dua bahasa untuk variasi yang berbeda pula.
Seseorang yang dapat bertutur dalam dua bahasa disela-sela percakapan hanyalah untuk metaforik (hanya untuk penekanan perbedaan). Pertukaran metaforik tidak terjadi bila tidak ada norma-norma umum untuk situasi tertentu yang merupakan situasi suatu bahasa.
4.5 TRANSISI SOSIOLOGI BAHASA TAHAP MAKRO
Domain sosiolinguistik adalah konsep masyarakat yang diperoleh dari analisis dan ringkasan situasi kelayakan yang jelas yang dilakukan dengan susah payah (Fishman Cooper & Ma 1968). Domain merupakan konsep-konsep yang berguna untuk menjelaskan fungsi bagi perubahan yang terjadi pada masyarakat pada tahap makro. Domain diperoleh dari data percakapan yang menjadi satu komponen dalam proses percakapan. Walau bagaimanapun domain-domain adalah sama seperti kelompok sosial masyarakat bahasa.
Domain dan situasi sosial berkaitan dengan wujud antara sosiologi bahasa pada tahap itu dan tahap makro. Ahli-ahli masyarakat bahasa diglosik mempunyai pandangan-pandangan tertentu tentang variasi bahasa ini berkaitan (pada tingkah laku dan sikap) dengan domain-domain tertentu. Variasi bahasa H dianggap mempunyai nilai lebih dari variasi bahasa L. Kelompok individu pemakai bahasa tertentu menganjurkan L dimasukkan dalam domain tambahan.
4.6 PEMBENTUKAN SOSIOLINGUISTIK BERDASARKAN REALITA
Kajian sosiolinguistik bertumpu pada tempat, topik,situasi yang layak dan tidak layak dan memberi kesan sesuai dan tidak sesuai berdasarkan tuntutan penggunaan bahasa dalam domain-domain yang berlainan. Greenfield menetapkan lima domain dalam situasi yang telah dijumpainya secara umum antara lain keluarga, persahabatan, pendidikan dan pekerjaan. Dia menentukan satu situasi yang sama pada setiap domain.
Domain yang bermacam-macam berdasarkan kegunaannya yang sesuai dalam setiap domain, diperoleh dari data situasi sifat berubah dan tidak berubah yang ditunjukkan setiap domain. Inilah tugas utama sosiologi bahasa deskripsi dan tugas ini hanya dapat dicapai melalui penyelidikan terperinci berdasarkan seminar, eksperimen, lokakarya dan lain-lain.
4.7 SOSIOLOGI BAHASA : BERBAGAI PERINGKAT DAN BERBAGAI KAIDAH
Gagasan yang digunakan dalam penjelasan sosiologi bahasa dari contoh-contoh percakapan cukup jelas. Kita tidak menyebut beberapa kelompok sosial yang telah lama dipelopori oleh Hymes (1962) kelompok sosial yang dimaksud adalah peranan peserta melawan penonton, tujuan dan tata cara berbicara, aturan berkomunikasi, nada gaya komunikasi, yang digunakan (lisan,tertulis,telegrafik) atau berbagai komponen dari analisis data percakapan yang telah disebutkan (Hymes 1967).
Beberapa komponen kejadian bertutur antara lain :
1.latar belakang/tempat kejadian
2. peserta (orang yang bertutur)
3. tujuan
4. ciri-ciri kesenian
5. ragam
6. perlengkapan/prasarana
7. norma onterakasi dan interpretasi
8. jenis.
Parameter merupakan bagian dari individu dalam perkumpulan yang dibutuhkan (Herman 1961). Erwin Triip menyatakan ada beberapa tingkatan dan pendekatan sosiolinguistik dan linguistik sosiopsikologi.
Sosiologi bahasa membantu pelajar dalam kelompok masyarakat baik tingkat nasional maupun internasional. Sosiologi bahasa perlu membantu menjelaskan perubahan situasi bertatap muka kepada situasi yang lain di samping itu juga membantu dalam menjelaskan tingkah laku berbeda berkaitan dengan bahasa untuk keseluruhan sektor sosial.
PERBEDAAN SOSIAL DAN JARAK REPERTOAR
Implikasi perbedaan bahasa berupa budaya menghargai (respect) perbedaan sosial dan organisasi kmunitas/jaringan sosial. Variasi bahasa Jawa dibandingkan kelompok variasi bahasa Norwegia dan bahasa Amerika.
Data Geerts menunjukkan adanya ketidakajekan gramatikal antara repertoar masyarakat tutur coterritorial. Jaringan masyarakat tutur tersebut sangat berbeda dalam repertoar verbal tetapi terpisah dari geografi, kultur atau nilai religius terdapat pada pemakai bahasa Jawa. Model kerja Geert menimbulkan rasa penasaran bagi kita tentang jenis variasi yang diungkapkan oelh pemakai bahasa Jawa dan perbedan repertoar yang digunakan.
Geerts menunjukkan bahwa perbedaan kelas sosial ada dalam tingkah laku verbal bahasa Jawa. Indikasi atas dua hal tersebut adalah adanya perbedaan stratifikasi secara kaku dan dalam. Bentuk strata menyatu dan terpadu dalam masyarakat tutur dengan norma yang berlaku pada saat berkomunikasi baik dalam lingkup intra maupun interstrata.
Ketidakajekan stratifikasi dalam bidang kedekatan morfosintaktik terlihat dalam bentuk apa, napa, dan menapa. Ketiga kata tersebut identik dengan konteks interaksi dan identik dengan kesamaan rupa frekuensi perhubungan.
5.2 LEBIH MARGINAL TETAPI MEMILIKI PERBEDAAN SISTEMATIKA
LINGUISTIK ANTARSTRATA SOSIAL
Lidenfelt,1969, menguji variasi sintaktik di Perancis. Lidenfelt menemukan bahwa nominalisasi, relativikasi, dan panjang kalimat menampakkan berbagai tipe variasi walaupun pembicara kelas sosial menengah atas lebih mungkin untuk menampakkan variasi kontekstual daripada pembicara kelas sosial rendah. Hal itu mungkin bisa diletakkan sebagai sebuah tanda bahwa hal pokok adalah faktor sosioekonomi hingga terjadi kenyataan jarak repertoar. Peerbedaan interaksi formal dan informal amat nyata bagi mereka.
5.3 IMPLIKASI SITUASIONAL-KONTEKSTUAL MAUPUN VARIASI DEMOGRAFI
Untuk menjawab pertanyaan tentang perbedaan kelas sosial dan perbedaan situasional-kontekstual dalam penggunaan bahasa, pendekatan kuantitatif amat diperlukan. Studi untuk menjawab pertanyaan tersebut diarahkan pada studi variasi pemakaian bahasa berdasarkan kelas sosial atau kelompok-demografi. Makna apa yang dapat diperoleh jika hanya satu atau selain dua sumber tersebut dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data variasi pemakaian bahasa? Marilah kita coba melihat perolehan data lain dalam studi bilingualisme di Barrio (Fishman, Cooper,1968).
Konteks Tutur
Sesi interview dan testing didesain agar bisa memperoleh data tutur dalam lima konteks berbeda yang membentuk rangkaian kesatuan dari kondisi formal atau informal atau kausal. Lima konteks tersebut berupa membaca kata, membaca paragraf, menamai kata, percakapan kausal.
Variabel Linguistik
Sampel tutur lima tutur tersebut diskor secara independen oleh dua linguis pada variabel tujuh bahasa Spanyol dan sepuluh bahasa Inggris. Reliailitas variasi skor hanya sedikit dan tak beraturan dari konteks ke konteks dan dari satu bahasa ke bahasa lain.
Demografik Variabel
Empat faktor demografik (jenis kelamin,usia,pendidikan dan tampat lahir) dilibatkan dalam sajian analisis laporan ini. Kelas sosial tidak digunakan dalam pelaksanaan riset.
Analisis Statistik
Analisis varian ini analisis beragam regresi, untuk menjawab pertanyaan yang menekankan signifikansi terpisah dan juga signifikasi interaksional beberapa efek yang simultan. Pada pelaksanaan riset , analisis varian dapat menunjukkan pada kita apakah konteks ,usia,pendidikan,atau tempat lahir memiliki signifikasi terpisah dalam variasi penjelasan bidang produksi varian linguistik tertentu. Analisis beragam regresi merupakan desain teknik untuk menjawab pertanyaan tentang nilai pemakaian tambahan parameter ke arah pemakaian satu pernyataan dalam proses penjelasan.
BILINGUALISME SOSIAL :
STABIL DAN TRANSISIONAL
6.1 DIGLOSSIA
Ferguson (1959 a), diglosia dipakai dalam kaitannya dengan masyarakat yang memiliki dua atau lebih bahasa atau variasi untuk komunikasi. Ferguson memakai masyarakat tunggal terhadap beberapa kode separatis , bergantung pada sajian setiap fungsi perbedaan kode dari keseluruhan pertimbangan yang tepat untuk kode lain.Separatis yang dikaitkan dengan H (High Language = bahasa tinggi ) disediakan untuk perhubungan dengan urusan keagamaan,pendidikan, dan aspek budaya tinggi lainnya, sedangkan L (Low Language = bahasa rendah ) dikaitkan dengan urusan keseharian ( di rumah dan pergaulan). Menurut Ferguson H sebagai “Superposed” (tampilan utama), sebab bahasa itu dipelajari dan menempati posisi formal daripada L, sehingga “Superposed” H itu lebih tinggi daripada L.
Gumperz (1961,1962, 1964 a, 1964 b,1966), keberadaan diglosia tidak sekedar dalam masyarakat multilingual dan masyarakat yang terdapat variasi vernakular klasikal, tetapi juga dalam masyarakat yang memakai dialek terpisah atau variasi bahasa yang berbeda fungsi.
Fishman (1964, 1965 a, 1965 c, 1965 d, 1965 e, 1966 a, 1968 c) berusaha untuk membidangi perawatan dan pengacauan diglosia pada level nasional atau sosial. Dia juga berusaha untuk mengaitkan diglosia ke bagian-bagian ilmu psikologi dengan mempertimbangkan jumlah dari kesejajaran bilingualisme. Kaye (1970) mengindikasikan bahwa diglosia lebih fleksibel dan berubah-ubah.
Agar tujuan lebih sederhana, tampaknya yang terbaik adalah menggambarkan hubungan yang penting antara bilingualisme dan diglosia dengan cara memaknai empat bagian tabel berikut ini;
Hubungan Antara Bilingualisme dan Diglosia
1.11
|
|
6.2 KOMUNITAS TUTUR DIKAITKAN MELALUI KESATUAN DIGLOSSIA DAN BILINGUALISME
Kesatuan diglosia dan bilingualisme meluas ke seluruh negara. Tetapi sebenarnya hanya sedikit negara yang memiliki bilingual dan diglossia secara penuh. Peerkiraannya,pada negara Paraguay yang separuh masyarakat nya berbicara dengan bahasa Spanyol untuk urusan resmi (pendidikan, keagamaan, pemerintahan, dan kebudayaan tinggi). Bahasa Guarani untuk masalah hubungan akrab (pergaulan), bahkan dipakai oleh WNA asal Spanyol.
BILINGUALISME NASIONAL DI PARAGUAY
DIMENSI PILIHAN BAHASA PADA MASYARAKAT DIGLOSSIK
(JOAN RUBIN 1968)
Lokasi
Pedaman bukan pedalaman
(bhs Guarani)
Keformalan - Ketidak formalan
Formal Non Formal
Bahasa Spanyol Formal
Tingkat Keakraban
Tidak Akrab Akrab
Bahasa Spanyol Tidak Formal
Keseriusan Wacana
Situasi (tidak serius) Serius
Bahasa Guarani
Dipelajari Bahasa
Pertama (waktu komunikasi|)
Beerikut ini level fungsi yang tersdapat contoh diglossia stabil terjadi bersamaan dengan penyebaran bilingualisme .Dalam wilayah bahasa Swiss Jerman terungkap bahwa sejak sejumlah masyarakat usia sekolah dan lebih tua mempunyai alternatif antara High Jerman (H) dan Swiss Jerman (L) . Setiap bahasa tersebut benar-benar ditegakkan dan memiliki fungsi yang tinggi. (Ferguson 1959 a,; Weinreich, U. 1951, 1953 a). Hughes (1970) menunjukkan bagaimana diglossia dan bilingualisme Bahasa Inggris Tmggi (H) dan bahasa Perancis Rendah berada dalam berbagai agen dan perdagangan Montreal. Di situ (pelanmggan) dan management (pemilik) harus berinteraksi walaupun berada dari daerah yang berbeda-beda .
6.3 DIGLOSSIA TANPA BILINGUALISME
Penyimpangan (kondisi) sedang terjadi secara politis berasal dari salah satu diglossia dan bilingualisme, yang umumnya berlaku pada diglossia oleh karena tidak ada bilingualisme. Di sini ditemukan dua atau lebih komunitas tutur bersatu secara politik, religius, dan atau ekonomi ke dalam satu unit fungsi tunggal. Dua atau lebih bahasa atau variasi bahasa harus diakui sebagi perolehan. Namun satu atau kesatuan komunitas tutur ditandai oleh batas-batas yang tak tertembus oleh batas kelompok “luar” sehingga peran acces linguistiknya juga terbatas. Pada saat yang sama repertoar linguistik dalam satu atau dua gurp dibatasi oleh spesialisasi peran.
Contoh situasi tersebut tidak sulit ditemukan sebelum Perang Dunia I orang-orang elit Eropah sering berhubungan dengan orang senegaranya menggunakan bahasa Perancis. Beberapa orang lain menampilkan ucapan bahasa Inggris ( H ) untuk tujuan-tujuan intra grupnya. Orang umum (kebanyakan) berbicara dengan menggunakan bahasa lain, tidak peduli apakah taat azas/tidak. Akibatnya antara mereka tidak terjadi interaksi. Mereka (orang elit dan kebanyakan) tidak membentuk komunitas tunggal , interkomunikasi mereka melalui penerjemah atau interpretator. Maka eksistensi diglossia nasional tidak berimplikasi pada penyebaran bilingualisme. Sebagian besar orang pedalaman atau kelompok urban (Afrika) dibedakan atas populasi, westernisasi (pembaratan ).
6.4 BILINGUALISME TANPA DIGLOSSIA
Bilingualisme secara esensial adalah karakteristik linguistik individual, tempat diglossia sebagai sebuah karakterisasi alokasi fungsi sosial ke dalam perbedaan bahasa atau variasi (bahasa yang berbeda atau variasi yang berbeda).
Studi bilingualisme dan kecerdasan atau studi bilingualisme dan perolehan prestasi sekolah dilakukan dengan konteks bilingualisme tanpa diglossia. Hasilnya banyak “ketidakberuntungan “. Arti bilingualisme yang digeneralisasikan dengan salah terhadap fenomena yang luas dari pada dihubungkan ke arah ketidakhadiran /kehadiran model sosial yang diraih secara substansial ke arah bilingualisme (Fishman 1965 a, 1966 a).
Maka bilingualisme tanpa diglossia cenderung transisional dalam hal repertoar linguistik, komunitas tutur dan juga dalam hal variasi tutur yang terlibat di dalamnya.
6.5 TANPA DIGLOSSIA MAUPUN BILINGUALISME
Kondisi seperti ini sangat sedikit,terisolasi dan tidak dibedakan komunitas tutur untuk mengungkapkan ketidak beradaan diglossia maupun bilingualisme (gumperz 1962, Fishman 1965 c). Diterapkannya sedikit peran, perbedaan , dan cara pembagian frekuensi interaksi tatap muka antara seluruh anggota komunitas tutur. Diberikan, kecukupan sendiri, tidak adanya kontak yang teratur dan berarti (Owens 1965, Sorenson 1967). Semua masyarakat tutur mempunyai cara/tradisi tertentu yang assesnya terbatas, jadi semua reopertoar ilmu bahasa berisi istilah-istilah tertentu yang tak dikenal oleh komunitas yang lain.
Pembicara yang berbeda menggunakan istilah yang berbeda. Kiasan digunakan untuk tujuan penekanan, humor, satire, dan kritikan. Komunikasi semua faktor/eksogami, peperangan, ekspansi penduduk, wilayah dan perutmbuhan ekonomi mengarah pada aneka ragam internal konsekuensinya terjadi keanekaragaman repertoar yang mengarah pada permulaan bilingualisme, kontak penting komunitas tutur lain bisa terpelihara apabila bekal pribadi kuat.
Peneliti bilingualisme, terutama peneliti bilngualisme dalam konteks isu sosial dan perubahan sosial, seharusnya beruntung dari kesadaran dari berbagai kemungkinan hubungan antara bilingualisme individual dan diglossia sosial. Salah satu hasil kesadaran tersebut akan timbul pada problem transisi dan dislokasi yang tidak akan salah untuk keseluruhan bilingualisme sosial.
Langganan:
Postingan (Atom)