PKL UNIMAS Mojokerto

PKL UNIMAS Mojokerto
Bedugul Bali

Jumat, 15 Oktober 2010

Strategi Bertanya dalam SQ3R Peningkatan Pembelajaran Membaca Ekstensif


1 Membaca Ekstensif dengan Pemahaman Interpretatif
Membaca ekstensif dengan pemahaman interpretatif merupakan salah satu tingkatan membaca pemahaman yang mempunyai kedudukan strategis dalam pembelajaran di SMA. Membaca ekstensif dengan pemahaman interpretatif termasuk salah satu tingkatan dalam membaca pemahaman.
Rubin (1993:194) mendefinisikan bahwa membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Membangun sejumlah pengetahuan itu menurut Nola Banton Smith dalam Rubin (1993:195) bisa berupa kemampuan pemahaman literal, interpretatif, kritis, dan kreatif. Hal itu diperkuat oleh Burns (1996:255) bahwa membaca pemahaman terdiri atas empat tingkatan, yaitu pemahaman literal (literal comprehension), pemahaman interpretatif (interpretatif comprehension), pemahaman kritis (critical comprehension), dan pemahaman kreatif (creative comprehension).
Pemahaman interpretatif adalah pemahaman terhadap apa yang dimaksud penulis dalam teks bacaan. Dalam pemahaman ini pembaca berusaha mengetahui apa yang dimaksud oleh penulis yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan. Membaca ekstensif dengan interpretatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembaca dapat: menentukan ide pokok setiap paragraf dalam dua bacaan yang mempunyai tema yang sama, menemukan perbedaan/persamaan dua bacaan tersebut, meringkas isi tiap bacaan tersebut dalam beberapa kalimat.


2 Strategi Bertanya
Pada umumnya, pertanyaan digunakan bersama-sama dengan strategi yang lain atau sebagai salah satu bagian dari suatu strategi pembelajaran membaca. Strategi bertanya ini digunakan bersama-sama dalam SQ3R dalam pembelajaran membaca ekstensif dengan pemahaman interpretatif dalam penelitian ini.
Tujuan bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai suatu alat pembelajaran. Pengajaran dan pertanyaan dipandang sebagai aktivitas yang berkaitan secara integral (Sadker dan Sadker, 1977: 159). Pentingnya peran pertanyaan dalam proses pendidikan diungkapkan oleh para pendidik, sebagaimana dikutip oleh Sadker dan Sadker (1977:157), bahwa dengan bertanya mereka menuntun untuk memperjelas gagasan, memacu kecepatan berimajinasi, merangsang berpikir, dan mendorong lahirnya suatu tindakan. Floyd (dalam Richey, 1973: 208) mengemukakan bahwa pertanyaan guru untuk memberi petunjuk, memperbaiki perilaku yang menyimpang, mengelola aktivitas kelas, mengawali pelajaran, menciptakan situasi belajar, dan mengevaluasi pembelajaran. Williams (1979: 68) menyatakan tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa di kelas adalah: (1) menimbulkan minat dan keingintahuan tentang topik; (2) memusatkan perhatian pada isu/konsep tertentu; 3) mengembangkan pendekatan belajar aktif; (4) memicu siswa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri kepada orang lain; (5) menstruktur tugas yang akan dipelajari siswa; (6) mendiagnosis kesulitan khusus kebiasaan belajar siswa; (7) mengomunikasikan kepada kelompok bahwa semua anggota diharapkan terlibat dan berpartisipasi dalam pelajaran; (8) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan merefleksi informasi; (9) melibatkan siswa dalam penggunaan suatu operasi kognitif bahwa ini akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir; (10) mengembangkan refleksi dan komentar siswa terhadap respon anggota kelompok lainnya, baik siswa maupun guru; (11) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara tidak langsung melalui diskusi; serta (12) mengekspresikan minat yang sungguh-sungguh terhadap gagasan dan perasaan siswa.
Burns (1996:214) mengemukakan bahwa pertanyaan tujuan guru dapat membantu siswa memfokuskan perhatiannya pada informasi penting dalam bacaan. Pearson (dalam Burns,1996:215) menjelaskan bahwa pertanyaan prabaca harus difokuskan pada pemrediksian isi bacaan dan penghubungan teks dengan pengetahuan latar siswa. Turner (1988b:225) mengemukakan bahwa guru dapat menggunakan pertanyaan sebelum/sesudah membaca untuk mencapai sejumlah tujuan. Menurutnya, tujuan menanyakan pertanyaan sebelum dan sesudah membaca adalah untuk: (1) memotivasi dan membangkitkan minat, (2) memberi rangsangan kepada siswa untuk membaca lebih lanjut, (3) mengetahui dan mengembangkan informasi, konsep-konsep, dan pengalaman latar siswa, (4) meningkatkan pemahaman, (5) membantu mengembangkan kosakata, (6) meriviu dan memberi penguatan terhadap informasi dan konsep-konsep, (7) sebagai dasar untuk menentukan apakah siswa perlu membaca bacaan tertentu, (8) membantu siswa menentukan kecepatan membaca yang paling sesuai dengan kemampuannya, (9) membantu ingatan.
Tujuan menanyakan pertanyaan pada saat baca juga dikemukakan oleh Nuttal (1982;127) dalam Gosong (1998:53). Ia mengemukakan bahwa tujuan bertanya dalam kelas membaca adalah untuk membangkitkan dan membina kesadaran siswa bagaimana bahasa digunakan untuk mengungkapkan makna, dan selanjutnya, bagaimana ia dapat menggunakan strategi itu untuk memperoleh makna dari teks. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan oleh guru akan dapat membimbing dan mengarahkan pembaca (siswa) untuk memahami butir-butir penting yang terdapat di dalam teks. Upaya ini sekaligus mencegah siswa keluar dari “rel” tujuan membaca.
Pertanyaan pada pascabaca bertujuan untuk memudahkan belajar tentang keseluruhan informasi dalam teks. Dengan diberikan pertanyaan setelah membaca, siswa memperoleh keuntungan yang lebih besar, terutama bila diberikan balikan pada jawaban yang kurang tepat (Tierney dan Cunningham dalam Burns dkk, 1996:237).

3  SQ3R dalam Membaca Ekstensif
Dalam teknik SQ3R, ada lima langkah yang harus dilakukan siswa. Pertama survei, siswa membaca secara selintas materi bacaan untuk mendapatkan suatu makna keseluruhan, dengan mencari gagasan-gagasan melalui judul bacaan. Kedua question, siswa meneliti bagian-bagian dari bacaan dan menyusun pertanyaan untuk menyusun tujuan membaca. Ketiga read, siswa membaca untuk menjawab pertanyaan yang telah mereka rumuskan. Keempat recite, siswa menjawab pertanyaan yang telah mereka rumuskan tanpa melihat bacaan. Kelima review, siswa membaca kembali bacaan untuk membuktikan jawaban mereka atau meyakinkan bahwa mereka telah memahami gagasan-gagasan penting dalam bacaan (Rubin, 1993:292).

4  Kerangka Teori
Kegiatan dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahap yaitu kegiatan prabaca, saat baca, dan pasca baca. Berdasarkan pendapat Pearson (dalam Burns,1996:215) kegiatan prabaca dalam penelitian ini adalah (1) siswa mensurvei judul, gambar dan isi bacaan sekilas (survei), (2) siswa mengungkapkan skemata berdasarkan pengalaman dan pengetahuan awalnya untuk membuat pertanyaan (questioning).
Rubin (1993:322) menyatakan bahwa mengajukan pertanyaan merupakan suatu bagian yang penting dari belajar. Sejalan dengan pendapat Rubin tersebut kegiatan saat baca dalam penelitian ini adalah read: (1) siswa bekerja kelompok untuk membaca teks kedua bacaan untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban pertanyaan (2) siswa menjawab pertanyaan dengan bahasanya sendiri, (3) siswa menentukan ide pokok paragraf tiap bacaan, (4) siswa menemukan perbedaan/persamaan dua bacaan, recite: (1) siswa menceritakan isi tiap bacaan.
Pertanyaan pada pascabaca bertujuan untuk memudahkan belajar tentang keseluruhan informasi dalam teks. Dengan diberikan pertanyaan setelah membaca, siswa memperoleh keuntungan yang lebih besar, terutama bila diberikan balikan pada jawaban yang kurang tepat (Tierney dan Cunningham dalam Burns dkk, 1996:237). Sejalan dengan pendapat tersebut kegiatan pasca baca pada kegiatan ini adalah review: (1) diskusi kelas (siswa saling bertanya jawab dalam diskusi kelas), (2) guru dapat mengklarifikasi bila ada permasalahan yang menyimpang/meruncing antarsiswa, (3) siswa melaksanakan tes tulis secara individual.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar