PKL UNIMAS Mojokerto

PKL UNIMAS Mojokerto
Bedugul Bali

Kamis, 14 Oktober 2010

Strategi Direct Listening Activity untuk mata pelajaran mendengarkan


 Pengertian Menyimak
Menyimak adalah salah satu cara manusia mulai mengerti sekitarnya, dengan membiarkan mereka untuk mendengar dan menafsirkan bunyi di sekitarnya/ lingkungannya. Menyimak sebagai alat untuk mengembangkan pemahaman (Goss, 1982a, dalam Farris, 1993). Pengertian menyimak adalah suatu proses yang tersusun dari apa yang didengar dan mengembangkan bagian vertikal yang sesuai, yang artinya dapat diaplikasikan.  
Mendengarkan adalah model bahasa pertama yang diperoleh anak-anak, dan memberikan dasar bagi seni-seni bahasa lainnya (Lundsteen, 1979). Mendengarkan juga mempengaruhi menulis. Hansan (1987:167) menjelaskan suatu program menulis dan membaca dimulai dengan mendengarkan, dan mendengarkan memegang program secara bersamaan. Para peneliti telah mendapatkan bahwa lebih banyak waktu yang dimanfaatkan oleh anak-anak dan orang-orang dewasa dalam mendengarkan daripada waktu keseluruhan untuk membaca, menulis, dan bercakap-cakap.
Tarigan (1986:19) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Mendengarkan adalah eklusif karena terjadi secara internal. Lundsteen (1979) menggambarkan bahwa mendengarkan sebagai proses bahasa yang paling misterius. Mendengarkan sangat kompleks, proses instruktif yang bahasa lisan digantikan pada makna di dalam pikiran (Lunsdteen, 1979:1). Wolvin dan Coakley (1987) menggambarkan tugas langkah dalam proses mendengarkan: (1) pandangan menerima stimuli aural atau aural dan stimuli visual yang disampaikan oleh penutur, (2) memberi perhatian, dan (3) menunjukkan.
Tampleton (1991:133) dalam Farris (1993) menulis dalam penelitian bahwa penyimak kurang mengerti suatu pertanyaan sederhana, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan masyarakat. Penelitian itu dengan jelas menunjukkan fakta bahwa kemampuan menyimak dapat dan harus diajarkan (Jacobs, 1986, Strather, 1987, dalam Farris, 1993), tetapi guru sedikit menerima atau melatih bagaimana cara mengajarkan menyimak. Dan mereka jarang percaya diri untuk mencoba (Funk and Funk, 1989 dalam Farris, 1993).
Guru sangat sulit menentukan apakah seorang anak bisa menyimak pesan, kadang pertanyaan guru direspon oleh siswa dengan salah. Kegagalan siswa dalam menyimak atau siswa salah mengerti atau salah menafsirkan perlu dipertanyakan pada diri sendiri, karena siswa mungkin memberi respon berdasarkan pengetahuan sebelumnya tanpa menyimak pesan. Akhirnya, guru mungkin percaya bahwa siswa mengerti pertanyaan tersebut, kenyataannya siswa tidak mengerti pertanyaan tersebut.
Siswa harus diajari tentang strategi menyimak secara eksplisit dengan memberikan kesempatan yang cukup sehingga mereka menjadi lebih terbiasa menyimak. Ini cara terbaik, ketika siswa berpikir tentang suara dan kemudian memindahkannya menjadi tingkat yang lebih tinggi dari pengetahuan dan kemampuan menyimak (Tampleton, 1991 dalam Farris, 1993).
Langkah pertama, ketika penyimak menerima pesan dari pembicara tidak menjamin penyimak untuk mengerti pesan tersebut, dan ketika penyimak menerima pesan berikutnya, pesan terdahulu diabaikan bahkan dihilangkan. Saat penyimak mengikuti proses menyimak dalam kecepatan detak nadi “Penafsiran dan interaksi dengan menerima input auditory”. Langkah menyimak termasuk kecepatan pengulangan ketika menginformasikan strategi. Aronson (1974) mengatakan bahwa penyimak dapat membuat perkiraan tersebut, begitu juga penyimak menolak mendapatkan sebagai orang yang aktif bukan pasif.
Setelah penyimak benar-benar menerima sebuah pesan lisan, berpikir, dan respon dapat dimulai dengan mengkomunikasikan peristiwa itu sendiri. Menurut Lunasfeen (1979) pendengar mungkin merespon dengan beberapa maksud tujuan seperti mengklarifikasikan bagian dari pesan dalam istilah-istilah seperti waktu, tempat, posisi, derajad, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas mendengarkan adalah bagian dari menyimak. Hal itu diperkuat oleh Tarigan (1986:24) menyatakan peristiwa mendengarkan adalah suatu aktivitas yang dimulai dari menangkap bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman dengan pemusatan perhatian, kemudian diikuti aktivitas identifikasi bunyi bahasa tersebut. Tujuannya harus jelas dan terarah yaitu untuk menguji pemahaman siswa terhadap teks yang didengarnya. Berdasarkan  hal itu menyimak dalam penelitian ini adalah mendengarkan sambutan/khotbah  dengan pemahaman untuk menangkap langsung pesan pembicara melalui teks yang didengarkan dengan penuh perhatian dan mengembangkannya dengan interpretasi dan penalaran masing-masing.

1.1 Menyimak dalam Kurikulum 2004
Menyimak dalam Kurikulum 2004 mendapat porsi lebih sedikit penekanannya dalam ruang kelas daripada keterampilan berbahasa lainnya. Kurikulum 2004 mengalokasikan kemampuan berbahasa mendengarkan hanya dalam tiga Kompetensi Dasar yaitu, (1) KD 1.1: Mendengarkan sambutan/khotbah, (2) KD 1.2: Mendengarkan pembicaraan dalam wawancara, dan (3) KD 1.3: Mendengarkan informasi dari berbagai sumber dalam suatu diskusi dan menanggapinya. Ketiga Kompetensi Dasar tersebut dialokasikan untuk satu tahun dalam kelas XI atau diberikan dalam dua semester. Sedangkan kemampuan bersastra mendengarkan ada dua Kompetensi Dasar yaitu, (1) KD Sastra 1.1: Menonton dan menanggapi pementasan drama, dan (2) KD Sastra 1.2: Mendengarkan pembacaan cerpen atau penggalan novel. Jadi, dalam satu tahun kelima Kompetensi Dasar tersebut diberikan di kelas XI. Berkenaan dengan pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah, guru perlu mengajar dengan menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2004.

1.2 Tujuan Mendengarkan
Guru dan siswa harus memahami terlebih dahulu tujuan mendengarkan. Ada lima tujuan mendengarkan menurut para ahli komunikasi Wolvin, 1979, dan Coakley, 1985 (dalam Farris, 1993:109) yaitu, (1) mendengarkan diskriminatif (discriminative listening), (2) mendengarkan komprehensif (comprehensive listening), (3) mendengarkan kritis (critical listening), (4) mendengarkan apresiatif (appreciative listening), dan (5) mendengarkan terapetik (therapeutic listening).
Mendengarkan diskriminatif (discriminative listening) adalah mendengarkan dengan maksud memilah bunyi-bunyi yang berbeda dan meningkatkan sensitivitas terhadap komunikasi nonverbal. Pembelajaran mendengarkan diskriminatif melibatkan sebuah aktivitas tertentu pada tingkatan awal dan aktivitas yang berbeda untuk tingkatan lebih lanjut. Mendengarkan komprehensif (comprehensive listening) adalah mendengarkan untuk memahami pesan, dan tipe cara mendengarkan dalam beberapa aktivitas instruksional. Yang perlu diperhatikan adalah (1) mengetahui tujuan atau maksud pembicara, (2) mengorganisasi informasi untuk diingat, dan (3) membuat catatan-catatan. Mendengarkan kritis (critical listening) adalah mendengarkan dengan maksud untuk memahami dan mengevaluasi pesan. Mendengarkan kritis adalah mendengarkan komprehensif yang membutuhkan sebuah perhatian khusus. Seperti mendengarkan komprehensif, pendengar-pendengar berusaha untuk memahami sebuah pesan, kemudian pendengar harus menyaring pesan tersebut. Mendengarkan apresiatif (appreciative listening) adalah mendengarkan dengan maksud untuk hiburan (menyenangkan). Misalnya mendengarkan cerita atau puisi yang dapat menyenangkan. Mendengarkan terapetik (therapeutic listening) adalah mendengarkan dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada pembicara untuk berbicara tentang suatu masalah.
Penelitian ini menggunakan mendengarkan komprehensif, sebab KD 1.1: mendengarkan sambutan/khotbah sesuai dengan indikator pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa adalah: (1) mengetahui tujuan pembicara, (2) mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah, (3) mendiskusikan pokok-pokok isi sambutan/khotbah dengan teman sekelompok, (4) menyampaikan pokok-pokok isi sambutan/khotbah atau pesan secara lisan di depan kelas yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, dan (5) menulis ringkasan pokok-pokok isi dan pesan sambutan sesuai penalaran masing-masing dalam beberapa kalimat.

2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Siswa hanya mendengar 50 % s.d. 60 % pesan dari guru (Blakenship, 1982, Strother, 1987, dalam Farris, 1993). Weaver (1972) dalam Farris (1993) mengatakan bahwa rata-rata keberhasilan siswa membutuhkan informasi ulang yang baru saja diucapkan oleh guru mereka. Weaver menemukan bahwa siswa dalam kelas yang lebih rendah mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam mengingat dibandingkan siswa di kelas yang tinggi. Siswa SMA hanya mampu menghafal 28 % saja, sedangkan siswa di SD mampu menghafal 80 % sampai 90 %, dan siswa si SMP mampu menghafal 43, 7 %. Anak SD lebih memperhatikan guru dibandingkan siswa SMP atau SMA. Siswa yang lebih dewasa lebih tepat memperkirakan apa yang dikatakan oleh guru. Perhatian emosi dan masalah di luar menarik perhatian siswa yang lebih dewasa sehingga dapat mengurangi menyimak dengan efisien.
Guru-guru dapat menggunakan beberapa teknik dalam keberadaan siswa untuk menjadi penyimak yang lebih baik. Seorang guru harus dapat mempromosikan suatu sikap dengan menciptakan lingkungan yang dapat membuat siswa meminati latihan menyimak dengan menyenangkan. Pertanyaan-pertanyaan harus dikembangkan untuk membuat siswa lebih berminat untuk menyimak sebuah pesan dari pembicara dan keramaian harus dikurangi. Pendekatan yang tepat dapat diciptakan oleh guru untuk pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah yang membutuhkan suatu interaksi yang baik antara siswa sebagai penyimak dengan pembicara. Interaksi tersebut membantu siswa untuk menjadi penyimak yang efektif. Berikut  ini dapat membantu siswa sebagai penyimak yang efektif, (1) berbicara dengan jelas secara langsung, dan menghindari berbicara pada saat menulis di papan tulis, (2) melihat wajah siswa untuk meyakinkan apakah dia mengerti atau tidak apa yang dijelaskan, (3) memulai dengan bahan yang berhubungan dengan pengetahuan yang umum, menggambarkan materi tersebut, merangkainya secara logis, dan menutup dengan ringkasan, (4) memberi perintah yang jelas akan menghindari dua pengertian, (5) mendorong siswa untuk memberi pertanyaan, (6) menekankan materi penting melalui pengulangan, dan menggunakan gambaran bantuan visual: seperti chart, model, catatan di papan tulis, dan OHP.
Funk dan Funk (1989) memberi empat saran untuk mengembangkan kemampuan menyimak di kelas, (1) guru harus menyampaikan tujuan menyimak, (2) menciptakan suasana kelas yang kondusif, (3) guru harus memberikan tindak lanjut dengan segera setelah kegiatan menyimak, dan (4) guru harus menggunakan teknik yang dapat mengembangakan “menyimak”.

3 Tingkatan dalam Menyimak
Guru mendorong siswa untuk kreatif dan mempunyai pemikiran yang berbeda dengan memakai cara khusus yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dalam hal ini guru harus membantu siswa untuk mengembangkan hal-hal terpenting dalam pertanyaan yang berhubungan dengan ide, dan dalam mengambil keputusan, perbandingan, perbedaan, dan mengevaluasi ide. Guru harus mencari respon yang benar untuk meggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Guru harus mengadakan introspeksi terhadap dirinya sendiri. Guru harus jadi model bagi siswa dalam menyimak atau mendengarkan sambutan/khotbah (Laverentz, & Garman, 1987). Menurut Paley (1986:127) bahwa kunci untuk menjadi seorang model penyimak adalah rasa ingin tahu. Guru harus dapat menjadi model bagi siswanya untuk membangkitkan rasa tahu siswa. Jika guru sendiri yang menjadi pembicara dalam pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah, siswa merasa termotivasi dan merasa ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh gurunya sendiri. Apalagi guru tersebut sebagai pembicara suatu topik tertentu dalam suatu situasi tertentu yang direkam melalui media Teknologi Informasi Komunikasi, hal ini akan menjadi sangat menarik bagi siswa sebagai penyimak.
Ada beberapa tingkatan dalam menyimak, yaitu (1) marginal listening, (2) apresiatif listening, (3) attentive listening, dan  (4) critical listening.
1) Marginal listening
Seseorang mampu membedakan suara orang dari keramaian jalan. Guru secara berlanjut menggunakan marginal atau latar belakang menyimak untuk memastikan bahwa semua akan menjadi baik. Keadaan terlalu tenang atau ribut dapat menjadi kacau dalam belajar. Saat ini zaman dunia elektronika, beberapa siswa menemukan bahwa mereka dapat lebih sukses dalam belajar dalam keadaan yang ramai dengan musik. Beberapa siswa dalam ruang yang tenang saat belajar ternyata tidak berhasil dalam proses belajar.
2) Apresiatif Listening
Seseorang dapat mendengarkan: pembicara, penyanyi, menikmati musik, juga dapat mendengar aktor dalam sandiwara drama, seorang teman yang menceritakan hal yang lucu. Siswa harus menyaksikan penggunaan tekanan, pola, dan jenjang waktu oleh pembicara agar menjadi pendengar yang baik.
Dalam hal ini guru harus sering memperhatikan kebutuhan tentang menggunakan perkembangan kemampuan apresiasi listening. Walaupun guru sering mendapat hasil bahasa kurang baik yang dilakukan secara lisan oleh siswa, dan siswa sering gagal untuk mengenali seluk beluk dari pentingnya apresiasi listening. Teknik yang dapat digunakan untuk kemampuan apresiasi listening yaitu termasuk mengidentifikasi ritme sajak, mengevaluasi efek dari bermacam-macam arti puisi, dan perkembangan kemampuan untuk menggambarkan nada dan suara hati (termasuk mengapresiasi lagu rakyat). Ada beberapa keuntungan dari apresiasi listening, yaitu: (1) mengizinkan untuk memberikan keikutsertaan yang bermutu ke siswa, (2) memperkenalkan mereka pada konsep dan pengalaman, (3) bermacam-macam buku tentang perbedaan sastra untuk mempengaruhi minat belajarnya.
3) Attentive Listening
Keberhasilan dari konsentrasi dan interaksi pada pendengar untuk memastikan pemahaman tentang pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di tingkat ini penyimak harus mengkatagorikan, memeriksa, mengevaluasi, menghubungkan pertanyaan dan pengorganisasian informasi dan mampu menjalankan di masa yang akan datang. Attentive Listening mungkin termasuk mendapat petunjuk secara lisan suatu tempat yang tidak dikenal, melihat berita pukul 06.00 di TV, menerima telepon dari jarak jauh, menghadiri kuliah tentang “penyelamatan air”. Strategi yang sesuai dalam  keberhasilan untuk menerima pesan adalah pendengar harus tahu tujuan sebelum mendengarkan.
Siswa mengetahui tujuan menyimak, oleh sebab itu mereka harus mengembangkan sistem untuk memahami pesan pembicaraan keseluruhan, walaupun hal ini tidak mungkin bagi siswa untuk menghafal dengan tepat kata-kata dari pesan tersebut. Penyimak hanya menyimak yang penting-penting saja, maka siswa harus diajarkan strategi attentive listening. Untuk menghubungkan pesan pembicara ke individu dibutuhkan pengetahuan pendengar tentang mengkatagorikan dan mengatur informasi awal. Siswa menyimak membutuhkan suatu ingatan apa yang telah mereka ketahui tentang topik utama dan siswa harus mencoba untuk menghubungkan pokok-pokok isi pesan yang disampaikan oleh si pembicara dengan informasi tersebut. Kenyataannya, seseorang dapat mendengar lebih cepat daripada berbicara.
Penyelidikan tentang prosedur pemahaman dikembangkan oleh Mary Shoop (1986) yaitu menggunakan kedua cara baik menyimak maupun membaca, misalnya dengan cara spontanitas, karena pendekatan tersebut memotivasi siswa untuk aktif memonitor apa yang telah mereka ketahui dan yang tidak mereka ketahui selama menyimak. Caranya, guru membaca cerita lalu berhenti pada titik kritik, ketika dia mencapai titik, guru memberitahukan secara spontanitas tentang peristiwa yang terjadi dan menunjuk seorang siswa atau dua orang siswa sebagai karakter utama dan lainnya sebagai reporter. Siswa yang sebagai penyelidik mencari penafsiran cerita tersebut. Pernyataan reporter merupakan karakter utama, dan kemudian mengevaluasi jawaban mereka melalui wawancara informasi. Reporter menyelidiki untuk memulai mengantisipasi dan memperkirakan peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut.
Siswa pada tingkat terampil harus juga mempelajari bagaimana untuk memperhatikan jika dia mengharapkan suatu pesan yang merupakan isi dari tiga katagori utama. Mereka dapat menulis judul yang cocok di masing-masing kertas tiga lembar. Mereka dapat membentuk frase atau single words di atas masing-masing kolom di selembar kertas dari masing-masing katagori.
4) Critical Listening
Menyimak untuk menganalisis dan mengevaluasi pesan si pembicara. Strategi ini digunakan untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan input auditory, pendengar harus merenung untuk memproses pesan tersebut tidak seperti pemahaman yang terpisah. Menyimak pada umumnya ditekankan dalam strategi attentive listening. Proses dalam termenung tersebut dapat berhasil mengembangkan kesimpulan yang lebih luas. Penyebab dan pengaruh perbandingan, pengevaluasian, maupun  pertimbangan dari pesan pembicara, seperti beberapa kegiatan yang merupakan hal yang komplek/lengkap dibandingkan yang telah ditemukan pada tingkat menyimak lainnya, dan lebih bergantung pada kemampuan berfikir siswa yang pandai (Goss, 1982 b).
Hal ini muncul pada siswa yang lebih dewasa yang sering menggunakan menyimak kritis untuk menyimpulkan sebuah peristiwa berdasar pada penganalisisan, misal memilih presiden, membeli mobil baru atau memilih film untuk dilihat. Hal tersebut bergantung besarnya reaksi kritis dan pemahaman dari pesan tersebut. Bagaimanapun siswa juga sering menggunakan critical listening misal, ketika seorang anak mengadakan kompromi dengan temannya untuk penyelesaian masalah.

4 Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah melalui Strategi Direct Listening Activity dalam Media Teknologi Informasi Komunikasi
Pendekatan menyimak ada dua yaitu Direct Listening Activity dan Direct
Listening Thinking Activity. Kedua pendekatan ini cocok dikembangkan saat ini, Direct Listening Activity cocok untuk individu, kelompok kecil atau besar, sedang Direct Listening Thinking Activity sangat cocok untuk kelompok yang terdiri atas 6 atau 8 siswa.
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam Direct Listening Activity: pre listen, listen, follow up (Cunningham, Cunningham & Arthur, 1981). Sebelum menyimak siswa diberi arahan tentang tujuan yang ingin dicapai, seperti menentukan ide utama, kesimpulan, arti kata-kata baru, denotasi, konotasi dan sebagainya. Guru kadang tidak menjelaskan hal tersebut dalam menyimak. Tanpa penjelasan itu siswa tidak dapat memilih strategi untuk berlatih menyimak.

4.1 Strategi Mendengarkan
Ada enam strategi mendengarkan yang dapat dipelajari dan digunakan oleh para siswa adalah menciptakan imajinasi, membuat kategori, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengorganisir, membuat catatan, dan mengarahkan perhatian. Strategi-strategi ini terutama ditujukan pada mendengarkan komprehensif, namun juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mendengarkan lainnya. Tujuan dari masing-masing strategi adalah untuk membantu para siswa mengorganisir dan mengingat apa yang mereka dengarkan.
Strategi 1: Membentuk sebuah gambar pada pikiranmu. Para siswa dapat menggambarkan sebuah gambar mental sambil mendengarkan untuk membantu mereka mengingat-ingat. Strategi imajinatif khususnya bermanfaat jika pesan dari seorang penutur mempunyai imaji-imaji visual, kata-kata kunci, atau deskriptif, dan jika para siswa mendengarkan untuk hiburan. Ceritera-ceritera dan gambar-gambar membantu mengajarkan siswa-siswa untuk menciptakan imajinasi, dan siswa-siswa dapat menggambar atau menulis tentang gambar-gambar mental yang mereka ciptakan.
Strategi 2: Menempatkan informasi ke dalam kelompok-kelompok. Para siswa dapat membuat kategori seperti pada informasi kelompok jika pesan dari penutur berisi banyak penggalan informasi, perbandingan-perbandingan, atau kontras. Para siswa dapat menggunakan strategi ini, sebagai contoh, ketika mereka mendengarkan tentang suatu perbandingan mengenai reptil dan amphibi. Guru dapat membuat sebuah bagan dengan dua kolom di papan tulis, membuat label (kode) satu kolom reptile dan kolom lainnya amphibi. Kemudian bersama-sama, guru dan para siswa membuat catatan-catatan di kolom-kolom selama dia mendengarkan atau segera sesudahnya. Demikian juga, para siswa dapat membagi selembar kertas ke dalam dua kolom dan membuat catatan-catatan sendiri.
Strategi 3: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Para siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pesan dari seorang penutur. Dua tipe pertanyaan sangat membantu, siswa dapat meminta kepada penutur untuk mengklarifikasikan informasi, atau mereka dapat meminta kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan untuk memantau pendengaran dan pemahaman mereka. Sebagian besar siswa sudah sangat mengetahui dengan baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari seorang penutur, tetapi ide  tentang menanyakan kepada diri sendiri biasanya memang baru bagi mereka. Mengembangkan suatu daftar tentang pertanyaan kepada diri sendiri (self question) yang serupa dengan yang berikutnya untuk membantu siswa memahami prosedur bertanya kepada diri sendiri dan bagaimana memantau pemahaman mereka.
Mengapa saya mendengarkan pesan tersebut?
Apakah saya mengetahui tentang apa artinya............?
Apakah informasi ini berarti bagi kami?
Strategi 4: Menemukan perencanaan. Para penutur menggunakan salah satu tipe organisasi pada struktur sebuah pesan. Lima pola organisasi yang lazim adalah deskripsi, urutan, perbandingan, sebab akibat, dan problem serta solusi. Siswa dapat belajar untuk mengetahui pola-pola ini dan menggunakannya untuk memahami dan mengingat suatu pesan dari penutur  secara lebih mudah. Mereka dapat mengembangkan pengorganisir-pengorganisir grafik untuk masing-masing pola organisasional (Smith & Tompkins, 1988). Pengorganisir-pengorganisir grafik membantu para siswa memvisualisasikan organisasi dari sebuah pesan. Kutipan-kutipan dari kajian-kajian sosial dan buku-buku teks tentang ilmu pengetahuan serta dari buku-buku informasional dapat digunakan dalam mengajarkan strategi ini.
Para penutur seringkali menggunakan kata-kata tertentu untuk menandai pola-pola organisasional yang mereka ikuti. Kata-kata  penanda meliputi pertama, kedua, ketiga, berikutnya, sebaliknya, dan dalam rangkuman. Para siswa dapat belajar untuk memperhatikan tanda-tanda atau signal-signal ini untuk mengidentifikasi pola organisasional penutur dalam menggunakan serta memahami dengan lebih baik sebuah pesan.
Strategi 5: Membuat catatan: tulislah informasi yang penting. Pembuatan catatan membantu siswa menjadi pendengar-pendengar yang lebih aktif. Devine (1981: 150) menggambarkan pembuatan catatan sebagai “merespon dengan pena di tangan”. Minat siswa dalam pembuatan catatan dimulai dengan kesadaran bahwa mereka tidak dapat menyimpan jumlah informasi yang tidak terbatas di dalam pikiran mereka, mereka memerlukan beberapa jenis sistem penyimpanan eksternal. Banyak dari strategi-strategi mendengarkan mengharuskan para pendengar untuk membuat catatan-catatan tertulis tentang apa yang sedang mereka dengar. Pengambilan catatan adalah sebuah istilah umum untuk menggambarkan strategi ini. Pengambilan catatan seringkali dianggap sebagai suatu mencatat atau membuat garis besar, tetapi catatan-catatan juga dapat ditulis dalam kelompok.
Informasi yang diambil siswa ke dalam catatan bergantung kepada tujuan mereka untuk mendengarkan. Dengan demikian, adalah penting bahwa para siswa memahami tujuan untuk mendengarkan sebelum mereka memulai mengambil catatan. Beberapa tugas mendengarkan mengharuskan untuk mencatat ide-ide pokok atau terinci, tugas-tugas lainnya mengharuskan untuk mencatat urutan, sebab akibat, atau perbandingan-perbandingan.
Sebagian besar buku-buku teks tentang seni bahasa membatasi pengajaran di dalam pengambilan catatan untuk mengambil catatan dari buku-buku teks dan meteri-materi referensi (Tompkins, Smith, & Friend, 1984). Namun demikian, pengambilan catatan dari seorang penutur, para siswa tidak dapat mengontrol kecepatan yang informasi disajikan. Mereka biasanya tidak dapat mendengarkan lagi pada seorang penutur untuk melengkapi catatan-catatan, dan struktur dari presentasi lisan seringkali tidak seformal yang ada pada materi-materi tercetak. Para siswa perlu menyadari tentang perbedaan-perbedaan ini sehingga mereka dapat menyesuaikan sistem pengambilan catatan pada model atau gaya penyajian tersebut.
Strategi 6: Mendapatkan isyarat-isyarat dari penutur. Para penutur menggunakan isyarat-isyarat visual dan verbal untuk membawakan pesan-pesan mereka dan mengarahkan perhatian para pendengar mereka. Isyarat-isyarat visual, meliputi “gesturing”, menulis atau menggarisbawahi informasi penting di papan tulis, dan mengubah ekspresi-ekspresi wajah. Isyarat-isyarat verbal meliputi: berhenti sejenak, meninggikan atau merendahkan suara, memperlambat ujaran untuk menekannya pokok-pokok pesan yang penting. Secara mengejutkan banyak para siswa yang tidak menyadari tentang perilaku-perilaku yang mengarahkan perhatian ini, jadi guru-guru harus menyatakannya. Setelah para siswa menyadari isyarat-isyarat ini, mereka dapat menggunakannya untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu pesan.

4.2 Mengajarkan Mendengarkan Komprehensif
Untuk memahami sebuah pesan yang mereka dengarkan, para siswa perlu mempelajari suatu strategi pendekatan yang melibatkan kegiatan-kegiatan sebelumnya, selama, dan sesudah mendengarkan. Para siswa harus belajar menggunakan enam strategi mendengarkan.
1) Memperkenalkan strategi. Menjelaskan strategi mendengarkan, bagaimana digunakan, dan tipe-tipe tentang kegiatan-kegiatan mendengarkan yang paling efektif. Mengembangkan suatu karakteristik atau langkah-langkah, sebagai contoh, informasi tentang pola-pola organisasi dapat dicatat pada sebuah bagan bagi siswa untuk menjadikan acuan.
2) Mendemonstrasikan strategi. Demonstrasikan strategi Anda ketika Anda memberikan penyajian lisan atau ketika siswa mendengarkan pada sebuah penyajian tape yang direkam atau film. Hentikan penyajian secara periodik untuk berbicara keras tentang apa yang dilakukan seseorang mendengarkan, tanyakan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan, dan ambillah catatan-catatan, dan temukan isyarat-isyarat. Setelah menyelesaikan kegiatan tersebut, bahaslah penggunaan strategi Anda dengan para siswa.
3) Mempraktikkan strategi. Suruhlah para siswa untuk menirukan strategi pada waktu penyajian lainnya. Hentikan presentasi secara periodik untuk meminta para siswa menggambarkan bagaimana mereka mendengarkan. Setelah beberapa presentasi kelompok besar, para siswa dapat bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, dan selanjutnya secara individual mereka berlatih tentang strategi tersebut.
4) Meninjau Kembali Strategi. Setelah masing-masing kegiatan mendengarkan, menyuruh siswa untuk menjelaskan strategi tersebut dan bagaimana menggunakannya.
5) Mengajarkan Strategi Lain. Sajikan berbagai kegiatan mendengarkan dan suruhlah para siswa bereksperimen untuk menentukan jika strategi tersebut adalah efektif atau jika suatu strategi mungkin lebih baik. Perkenalkan strategi tambahan untuk memenuhi tujuan-tujuan mendengarkan lainnya. Setelah menyajikan keenam strategi seluruhnya dan membiarkan para siswa mempraktikkannya, lanjutkan ke langkah berikutnya.
6) Terapkan Strategi-Strategi Tersebut. Setelah para siswa mengembangkan suatu tugas persediaan dari enam strategi mendengarkan, mereka perlu belajar menyeleksi suatu strategi yang cocok untuk tujuan-tujuan khusus mendengarkan. Pilihan-pilihan tersebut bergantung pada tujuan-tujuan pendengar dan penutur. Meskipun para siswa harus memutuskan strategi mana yang digunakan sebelum mereka mulai mendengarkan,  mereka perlu terus memantau pilihan mereka selama dan sesudah mendengarkan. Siswa dapat menghasilkan sebuah daftar tentang pertanyaan untuk mengarahkan mereka memilih suatu strategi dan memantau efektivitasnya. Menanyakan kapada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti berikut sebelum mendengarkan akan membantu mereka memilih suatu strategi belajar.
Apakah tujuan penutur?
Apa tujuan saya untuk mendengarkan?
  Apa yang akan saya lakukan dengan apa yang akan saya dengarkan?
Apakah saya akan perlu mengambil catatan?
Strategi-strategi mana yang dapat saya gunakan?
Yang mana yang akan saya seleksi?

Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang mungkin untuk digunakan selama mendengarkan.
Apakah strategi saya masih jalan?
Apakah saya menempatkan informasi ke dalam kelompok-kelompok?
Apakah penutur memberikan saya isyarat-isyarat tentang organisasi pesan?
Apakah penutur memberikan saya isyarat-isyarat nonverbal, seperti misalnya isayarat-isyarat (gestures) dan ekspresi-ekspresi wajah?
Apakah suara-suara penutur memberikan saya isyarat-isyarat?

Pertanyaan-pertanyaan ini cocok setelah mendengarkan.
Apakah saya mempunyai pertanyaan-pertanyaan untuk penutur?
Apakah semua bagian dari pesan tidak jelas?
Apakah catatan-catatan saya lengkap?
Apakah saya membuat suatu pilihan strategi-strategi yang baik? Mengapa ya, mengapa tidak?  (Tompkins, Frend, & Smith, 1987: 39).

Ulangi kelima pertanyaan pertama dari strategi instruksional ini untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana memilih suatu strategi yang tepat untuk berbagai kegiatan-kegiatan mendengarkan.
Tindakan-tindakan guru seringkali menentukan apakah para siswa memahami tentang apa yang sedang mereka dengarkan. Dengan menggunakan suatu strategi mendengarkan yang terarah dengan sebelum, selama, dan setelah mendengarkan komponen-komponen adalah krusial. Sebelum mendengarkan, guru-guru harus meyakinkan kepada para siswa bahwa mereka mempunyai latar belakang informasi dan selanjutnya, ketika mereka menyajikan informasi baru, mereka menghubungkannya dengan latar belakang informasi tersebut. Guru-guru menjelaskan tujuan-tujuan dari kegiatan mendengarkan dan menyarankan tentang tipe strategi apa yang dapat digunakan oleh para siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka. Sewaktu para siswa mendengarkan, guru-guru dapat menggambar pengorganisir grafik pada papan tulis dan menambahkan kata-kata kunci untuk membantu mereka mengorganisir informasi, atau setelah mendengarkan. Guru-guru harus menggunakan isyarat-isyarat visual dan verbal untuk mengarahkan perhatian para siswa. Akhirnya, setelah para siswa mendengarkan, guru harus memberikan kesempatan-kesempatan untuk menerapkan informasi baru.

4.3 Strategi Direct Listening Activity dengan Media Teknologi Informasi Komunikasi
Dalam Direct Listening Activity guru diberi kesempatan untuk memfokuskan satu atau dua kemampuan menyimak. Tujuan Direct Listening Activity untuk meningkatkan kemampuan menyimak, yaitu siswa mampu mengorganisasikan dan mengklasifikasikan serta membuat kesimpulan tentang isi pesan pembicara. Follow up di tingkat ini penyimak mencapai pesan (menangkap pesan tersebut), dan mendiskusikannya. Contoh, guru menceritakan pada siswa tentang sebuah fabel yang berhubungan dengan budi pekerti. Siswa mendengarkan cerita guru kemudian mereka mencoba menerka/menarik ide pokok atau nilai budi pekerti dari fabel tersebut. Kebenaran hubungan dari fabel tersebut dengan kebenaran moral/akhlak sehari-hari sebagai follow up.
Saran-saran untuk kegiatan Direct Listening Activity yaitu, (1) pilih bacaan/teks cocok atau logis, (2) tujuan menyimak harus disampaikan kepada siswa, (3) memberi saran bahwa Direct Listening Activity akan membantu pemahaman terhadap materi
tersebut, contoh, menyuruh siswa menghubungkan materi dengan pengetahuan sebelumnya, (4) menyajikan materi yang tidak membingungkan, (5) menyuruh siswa menindaklanjuti dengan menerangkan materi tersebut di depan kelas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah sebagai berikut. Pada tahap pre listen, (1) guru memahamkan tentang Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pembelajaran, cara penilaian, proses strategi Direct Listening Activity dengan media Teknologi Informasi Komunikasi, (2) guru mengungkap skemata siswa tentang materi sambutan melalui tanya jawab. Pada tahap ini guru dapat membimbing siswa untuk membuka petunjuk CD melalui program komputer Microsoft Word. Pada program tersebut, siswa dapat membuka program Microsoft Word untuk mencetak LKS, dan mengetahui Rancangan Pembelajaran, Silabus dan Sistem Penilaian. Petunjuk CD ini dapat dilihat pada lampiran 9. Siswa dapat membuka program Microsoft Excel untuk cara penilaian yang dapat dilihat pada lampiran 9. Siswa dapat membuka program Microsoft Power Point untuk lebih lengkap kegiatan apa saja yang harus dikerjakan. Setelah itu guru dapat melanjutkan untuk mengungkap skemata siswa tentang materi sambutan melalui tanya jawab.
Pada tahap listen, (1) siswa mendengarkan pokok-pokok isi sambutan melalui pertanyaan yang disusun sendiri, (2) siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan dan mendiskusikannya dalam kelompok, (3) siswa menulis pokok-pokok isi sambutan dan pesan pembicara. Pada kegiatan ini siswa dapat membuka program komputer Windows Media Player untuk mendengarkan sambutan/khotbah. Siswa dapat mendengarkan sambutan/khotbah tersebut sambil menjawab dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh siswa sendiri. Kemudian siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah tersebut dengan cara mengorganisasi dan mendiskusikannya dalam kelompok masing-masing. Setelah berdiskusi dalam kelompok, siswa dapat menulis pokok-pokok isi dan pesan sambutan tersebut.
Pada tahap follow up, (1) Siswa memahami cara menilai teman yang akan menyampaikan pokok-pokok isi sambutan secara lisan di depan melalui diskusi kelompok masing-masing, (2) siswa menyampaikan secara lisan pokok-pokok isi sambutan yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, (3) siswa mengajukan klarifikasi/kesimpulan melalui tanya jawab atau diskusi kelas, (4) siswa menulis pokok-pokok isi dan pesan sambutan berdasarkan penalaran masing-masing dalam beberapa kalimat. Siswa dapat membuka kembali program Microsoft Power Point dan Excel untuk memahami cara penilaian dan mendiskusikannya dalam kelompok masing-masing dengan panduan guru atau tanpa panduan guru. Kemudian siswa secara berkelompok saling menilai teman lain dalam kelompok lain dalam menyampaikan pokok-pokok isi sambutan secara lisan di depan. Setelah itu siswa dapat mengajukan klarifikasi/kesimpulan dalam diskusi kelas melalui tanya jawab tentang pokok-pokok isi dan pesan sambutan dan cara penilaian. Kemudian siswa dapat menulis ringkasan pokok-pokok isi dan pesan berdasarkan penalaran masing-masing dalam beberapa kalimat dan menyerahkannya kepada guru secara individual.

5 Evaluasi Mendengarkan Sambutan/Khotbah
Evaluasi yang digunakan meliputi evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan selama proses mendengarkan sambutan/khotbah  maupun setelah proses pembelajaran mendengarkan sambutan/khotbah berlangsung. Evaluasi proses mendengarkan sambutan/khotbah secara umum dilaksanakan misalnya dalam bentuk tanya jawab, diskusi kelompok, saling penilaian saat menyampaikan isi ringkas sambutan/khotbah yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, diskusi kelas/klarifikasi, pengamatan terhadap kegiatan siswa ketika mengerjakan LKS, maupun dari hasil kegiatan siswa sewaktu latihan yang berupa penilaian psikomotor dan afektif. Sementara itu, evaluasi produk dilaksanakan melalui pelaksanaan penilaian psikomotor.
Evaluasi hasil idealnya dilakukan berdasarkan pengukuran kompetensi mendengarkan sambutan/khotbah secara langsung. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA N 1 Gondang Mojokerto belum memungkinkan. Untuk itu penilaian hasil disusun berdasarkan identifikasi pengalaman belajar siswa dalam kegiatan mendengarkan sambutan/khotbah. Contoh evaluasi hasil tersebut disajikan berikut ini.
(1)   Kemukakan prosedur kegiatan mendengarkan sambutan/khotbah yang pernah kalian laksanakan!
(2)   Berikan contoh isian bagian penting topik-topik materi sambutan/khotbah!
(3)   Kemukakan kembali isi sambutan/khotbah dalam beberapa kalimat!
(4)   Kemukakan 3 butir tanggapan berkenaan dengan pemahaman isi sambutan/khotbah yang telah kalian peroleh.
 Contoh penilaian psikomotor, kognitif, afektif, dan portofolio sebagai berikut.

Tabel 2.1: Penilaian Proses Pembelajaran Mendengarkan Sambutan/Khotbah (Portofolio)

No.
Fokus Penilaian
Kategori
1
2
3
4
5
1.
Apakah siswa konsentrasi saat mendengarkan sambutan/khotbah?





2.
Apakah siswa mencatat bagian penting isi sambutan/khotbah?





3.
Apakah siswa mengerangkakan isi sambutan/khotbah?





4.
Apakah siswa memahami materi sambutan/khotbah?





5.
Apakah siswa dapat mengemukakan kembali isi sambutan/khotbah?





Skala nilai:
1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik.
Penilaian butir 1, 2, dan 3 dilaksanakan melalui pengamatan dan tanya jawab, sedangkan penilaian butir 4 dan 5 dilaksanakan melalui tanya jawab dan penilaian terhadap hasil pengerjaan latihan sebagaimana termuat dalam LKS.

Tabel 2.2: Penilaian Psikomotorik
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah

No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
ya
tidak
1








2








3








Aspek yang dinilai:
  1. Pokok-pokok sambutan lengkap skor 0-2
  2. Penulisan rangkuman menggunakan bahasa efektif dan kreatif skor 0-4
  3. Ekspresi, pelafalan, dan dalam penyampaian ringkasan isi sambutan skor 0-4

Tabel 2.3: Penilaian Kognitif
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah
No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
ya
tidak
1








2








3








Aspek yang dinilai:
  1. Pokok-pokok isi sambutan sesuai dengan yang didengarkan skor 0-2
  2. Bahasa menarik dan kalimat efektif skor 0-3
  3. Pengembangan penalaran sesuai dengan pengalaman dan latar skor 0-4

Tabel 2.4: Penilaian Afektif
KD  1.1 : Mendengarkan sambutan/khotbah
No
Nama
Aspek yang dinilai
Kualifikasi
Ketuntasan
Kete
rangan
1
2
3
4
ya
tidak
1









2









3









Aspek Penilaian:
1.       Mendengarkan sambutan/khotbah tanpa suara skor 0-2
2.       Mencatat pokok sambutan dengan teliti skor 0-2
3.       Menulis pokok sambutan sesuai dengan EYD skor 0-2
4.       Menyampaikan pokok sambutan menarik dan singkat skor 0-4
2.6 Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan Attentive Listening. Siswa harus mengetahui tujuan menyimak, dan mengembangkan sistem untuk memahami pesan pembicaraan keseluruhan. Siswa harus menyimak yang penting-penting saja.
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam Direct Listening Activity: pre listen, listen, follow up (Cunningham, Cunningham & Arthur, 1981). Pada tahap pre listen, (1) guru memahamkan tentang Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pembelajaran, cara penilaian, proses strategi Direct Listening Activity dengan media Teknologi Informasi Komunikasi, (2) guru mengungkap skemata siswa tentang materi sambutan melalui tanya jawab. Pada tahap ini guru dapat membimbing siswa untuk membuka petunjuk CD melalui program komputer Microsoft Word,  program Microsoft Excel, dan program Microsoft Power Point untuk lebih lengkap kegiatan apa saja yang harus dikerjakan. Setelah itu guru dapat melanjutkan untuk mengungkap skemata siswa tentang materi sambutan melalui tanya jawab.
Pada tahap listen, (1) siswa mendengarkan pokok-pokok isi sambutan melalui pertanyaan yang disusun sendiri, (2) siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan dan mendiskusikannya dalam kelompok, (3) siswa menulis pokok-pokok isi sambutan dan pesan pembicara. Pada kegiatan ini siswa dapat membuka program komputer Windows Media Player untuk mendengarkan sambutan/khotbah. Siswa dapat mendengarkan sambutan/khotbah tersebut sambil menjawab dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh siswa sendiri. Kemudian siswa mencatat pokok-pokok isi sambutan/khotbah tersebut dengan cara mengorganisasi dan mendiskusikannya dalam kelompok masing-masing. Setelah berdiskusi dalam kelompok, siswa dapat menulis pokok-pokok isi dan pesan sambutan tersebut.
Pada tahap follow up, (1) Siswa memahami cara menilai teman yang akan menyampaikan pokok-pokok isi sambutan secara lisan di depan melalui diskusi kelompok masing-masing, (2) siswa menyampaikan secara lisan pokok-pokok isi sambutan yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok lain, (3) siswa mengajukan klarifikasi/kesimpulan melalui diskusi kelas, (4) siswa menulis pokok-pokok isi dan pesan sambutan berdasarkan penalaran masing-masing dalam beberapa kalimat. Kemudian siswa secara berkelompok saling menilai teman lain dalam kelompok lain dalam menyampaikan pokok-pokok isi sambutan secara lisan di depan. Setelah itu siswa dapat mengajukan klarifikasi/kesimpulan dalam diskusi kelas melalui tanya jawab tentang pokok-pokok isi dan pesan sambutan dan cara penilaian. Kemudian siswa dapat menulis ringkasan pokok-pokok isi dan pesan berdasarkan penalaran masing-masing dalam beberapa kalimat dan menyerahkannya kepada guru secara individual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar